Senin, 31 Maret 2008

Artikel Cinta LOVE IS CINTA

Oleh Dedeawan
Tema tentang cinta selalu menarik untuk diperbincangkan. Selain karena kekuatannya yang sangat dahsyat bagi kehidupan manusia, juga karena cinta tidak bisa dilepaskan dari eksistensi manusia. Namun ada sisi menarik yang sering dilupakan dalam masalah cinta, yakni keharusan adanya tanggung jawab ketika seseorang menyatakan cinta kepada orang lain. Tanggung jawab itu, tidak hanya ditunjukkan dalam bentuk kesediaan melanjutkan cinta ke jenjang pernikahan, namun tanggung jawab dalam menyeleksi siapa orang yang harus dicintai. Karena mencintai itu sendiri merupakan proses memilih jodoh (Luqman Haqani, Jangan Katakan Cinta, 2004:5).
Ibnu Hazm al-Andalusy dalam buku Thauq al-Hamamah halaman 47, Cinta adalah ungkapan perasaan jiwa, ekspresi hati dan gejolah naluri yang menggelayuti hati seseorang terhadap kekasihnya. Ia terlahir dengan penuh semangat, kasih sayang dan kegembiraan. Pada mulanya cinta hanya sekedar iseng lalu menjadi serius. Demikian lembutnya arti sebuah cinta sehingga tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Cinta hakiki takkan dapat dimengerti kecuali dengan sebuah pengorbanan (Dr.Khalid Jamal, Ajari Aku Cinta, 2007:16).
Sesuatu itu dapat dicintai jika telah dikenal dan diketahui. Jika sesuatu itu sudah dikenal dan diketahui kemudian ada kecocokan sifat dan kesesuaian, maka timbullah rasa cinta (mahabbah). Karena itu rasa cinta itu karena kecenderungan perasaan terhadap sesuatu yang menyenangkan. Kecenderungan perasaan yang kuat itulah yang disebut cinta (Abu Fajar Al Qalami, Ringkasan Ihya Ulumiddin Imam Al Ghazali, 2003:375).
Cinta sejati dua insan berbeda jenis adalah cinta yang terjalin setelah akad nikah. Yaitu cinta kita pada pasangan hidup kita yang sah. Cinta sebelum menikah adalah cinta semu yang tidak perlu disakralkan dan diagung-agungkan (Habiburrahman El Shirazy, Ayat-ayat Cinta, 2008:291).
“Dan orang-orang yang beriman itu lebih kuat cintanya kepada Allah”(QS. Al Baqarah 165).
“Sesungguhnya Allah SWT. mengatakan pada hari kiamat akan memanggil, “Manakah orang-orang yang saling mencintai hanya karena aku? Pada hari ini Aku akan melindungi mereka di hari yang tidak ada tempat berteduh dan berlindung kecuali perlindungan-Ku” (HR. Muslim).
Seorang lelaki umumnya menganggap cinta dan pernikahan hanyalah satu tahapan kehidupan yang ia lalui. Kemudian setelah itu ia tetap berkonsentrasi pada sesuatu yang lebih penting dari itu menurut pandangannya. Seperti jaminan hidup, masa depan dan mewujudkan cita-citanya. Akan tetapi cinta bagi seorang wanita, meskipun ia wanita karier yang memiliki cita-cita tertentu, ia akan menganggap pernikahan dan tugas ibu rumah tangga menjadi segala-galanya dalam hidupnya. Bukan sebagai satu tahapan kehidupan yang ia lalui. Maka, tidak salah lagi bahwa seorang wanita yang menjalin ikatan cinta dengan seorang lelaki sebelum pelaminan, ia sebetulnya telah mempertaruhkan nama baik dan kehormatannya. Dan pada akhirnya ia mempertaruhkan seluruh hidupnya (Dr.Khalid Jamal, Ajari Aku Cinta, 2007:43-44)
Kahlil Gibran dalam Bidadari-bidadari Lembah yang mengisahkan tentang Martha yang menuturkan……. Ia memberiku segalanya dengan senyum, dibalik kelembutan untaian kata-kata dan perlakuan kasihnya, ia sembunyikan nafsu dan hasrat binatangnya. Lalu setelah berhasil ia memuaskan nafsunya dengan tubuhku dan menebas habis harga diriku, ia pergi meninggalkan bara api dalam hatiku yang kian berkobar. Sejak itu, aku jatuh dalam kegelapan ini dimana bara kepedihan dan duka yang pahit memenuhinya.
Semoga apa yang telah anda baca ini bermanfaat dan menjadi renungan dalam mengarungi samudera cinta. Mudah-mudahan Allah SWT meridhoi cinta kita, dan menghindarkan diri kita dari cinta semu yang memilukan.
Purworejo, 22 Maret 2008, Pk.14.30

Tidak ada komentar: