Senin, 31 Maret 2008

Cerpen KUDA BESI

Cerpen Dedeawan
Seseorang sedang mencoba menggelitikku agar aku segera terbangun, segera hidup, untuk segera menunaikan tugasku. Dengan terpaksa akupun terbangun. Kukedipkan seluruh mataku. Tiga di depan, dan tiga di belakang. Mungkin kalian bingung, tapi baiklah aku jelaskan. Sebenarnnya aku baru saja terbangun. Tapi mungkin aku terlahir beberapa bulan yang lalu, dan baru bangun sekarang. Saat seorang mekanik menghidupkanku karena aku telah terpilih menjadi kuda besi tunggangan. Majikanku seorang yang masih muda. Dia melihat-lihat diriku, sepertinya dia mengagumiku. Tangan-tangan mekanik terus saja menggerayangiku agar aku menggerakkan seluruh otot-otot syarafku. Setelah diberi oli, santapan bulananku, dan bensin, sarapan harianku, akhirnya seluruh syaraf-syaraf tubuhku berfungsi. Aku siap ditunggangi dan digeber oleh majikanku. Pemilikku seutuhnya.
Setelah beberapa lama, usaha mereka untuk menghidupkanku pun telah berhasil. Aku melihat-lihat sekelilingku. Majikanku sepertinya mengurusi administrasiku, melunasiku. Kulihat ‘bebek tangguh’ bersedih. Kusapa dia dengan hangat. “Kenapa gerangan kau bersedih bebek tangguh?” Dia sepertinya acuh saja.
Si pemilik dealer memanggil salah satu mekaniknya. “Supra fit itu tolong masukkan ke bengkel. Sepertinya banyak bagian-bagian yang harus diperbaiki ataupun diganti sebelum dijual kembali”.
Aku baru tahu namanya supra fit. Kembali aku coba menyapanya. “Kenapa kau bersedih supra fit?”.
Dia mengamati sekelilingnya, mencari tahu siapa yang menyapanya.
“Rupanya kau, Tiger, tunggangan baru untuk majikanku” jawabnya.
Aku kini tahu namaku tiger. Aku heran, dari mana ia tahu namaku. Sedangkan aku sendiri baru tahu sekarng siapa namaku.
“Dari mana kau tahu kalau namaku tiger?” tanyaku penasaran.
“Bagaimana aku tidak tahu namamu. Kalau setiap hari, majikanku yang kini menjadi majikanmu itu selalu memuji-muji dirimu. Sepertinya ia lupa atas jasa-jasaku menemaninya saat-saat menentukan dalam hidupnya. Kini sepertinya ia melupakan aku”. Ujarnya panjang lebar.
Sepertinya ia enggan berpisah dengan majikannya yang kini adalah majikanku itu. Akankah nasibku juga akan seperti dia. Habis manis sepah dibuang. Aku ingin mengetahui lebih banyak tentang majikanku itu dari dirinya, mantan tunggangan majikanku itu.
“Sesungguhnya seperti apa gerangan majikanmu yang kini jadi majikanku itu?” Aku memberanikan diri bertanya.
“Dia adalah seorang guru SD. Jangan khawatir. Dia baik dan perhatian. Dulu dia mengurusiku dengan baik. Mengantarku ke tempat servis resmi apabila aku mengganti oli, atau saat dalam diriku ada ketidakberesan, ia segera mengganti onderdilku. Sebenarnya ia masih membutuhkanku, tapi karena keadaan ia memilihmu mengingat dirimu lebih tangguh, lebih perkasa untuk menemaninya, berangkat dan pulang kerja. Kaupun akan ditungganginya 120 km perharinya. Jangan takut, ia tak pernah membawaku ke tempat yang bernuansa maksiat. Tapi aku dipergunakan untuk pengabdiannya kepada Negara ini. Salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan aku mohon tolong jaga dia baik-baik” Kali ini penjelasannya itu menjadi saat perpisahanku dengannya. Dan akupun berjanji padanya untuk menjagnya baik-baik.
Meskipun aku sudah siap untuk ditunggangi. Tapi aku tetap dinaikkan di mobil bak terbuka itu. Aku hari ini bagaikan raja. Sesampainya di sebuah rumah. Majikanku mencoba me’reyen’ku. Sepertinya ia ingin lebih jauh mengenalku. Melakukan pendekatan padaku.
Seminggu sudah aku di rumah majikanku, mengenalinya dan seluruh keluarganya. Majikanku sangat perhatian padaku. Kotor sedikit saja, dia terus membersihkanku. Melapiku dengan penuh perhatian. Tak henti-hentinya ia terus mengagumiku.
Rasanya diriku semakin anggun saja. Di bagian depan dan belakang tubuhku kini terpasang papan hitam bertuliskan angka berwarna putih. Diriku semakin mantap saja karena majikanku telah berpakaian rapi. Bertas rapi. Berjaket rapi. Berhelm, berkaos tangan, bersepatu. Dia kelihatan berwibawa dan gagah ketika ‘bersanding’ denganku. Hari ini adalah hari pertama aku diajaknya ke tempat kerjanya, ke sekolahnya, ke SDnya. Tempat dia mengamalkan ilmunya., mengasuh muridnya, mengajarnya, mendidiknya, membimbingnya, memberikan tauladan kepada mereka.
Speedometerku menunjukkan bahwa aku telah melaju sejauh 50 km. semuanya biasa-biasa saja. Jalan raya tanpa lubang, jalan raya dengan sedikit lubang, jalan berliku dan menanjak. Aku heran, mengapa dari tadi belum juga sampai. Padahal badanku berat menopang beban tubuhnya yang kurasa lebih dari 65 kg ini. Semakin membuatku heran adalah kenapa ia membawaku ke jalan seperti ini. Berbatu, licin, dan ada genangan Lumpur. Berkali-kali majikanku berusaha menopang beban tubuhku yang hendak terpeleset ini. Sepertinya ia sudah mahir dengan jalan seperti ini. Aku percaya pada majikanku karena ia telah mempercayaiku untuk menemaninya menjalani kehidupan yang terkadang tidak selalu mulus itu. Seperti jalan yang kulalui saat ini.
Setelah mengalami perjuangan yang melelahkan, terlihat juga bangunan sekolah itu. Aku lega karena aku bisa beristirahat, kembali mengumpulkan tenaga untuk perjalanan pulang nanti. Aku disejajarkan dengan tumggangan-tunggangan teman-teman majikanku. Mereka adalah ‘kuda kurus’/Honda win, ‘bebek berotot’/astrea impressa, ‘bebek jantan’/supra x, dan ‘bebek perkasa’/Suzuki shogun. Aku bebas manamai dan menyebut mereka karena ini adalah duniaku. Dunia yang mungkin tidak pernah ada.
Tampang mereka bersahabat, meskipun tersembunyi ketabahan dan kesabaran luar biasa. Kami saling memperkenalkan diri. Yang paling sering melewati daerah ini, sering mondar-mandir ke sekolah ini adalah bebek perkasa. Ia menceritakan sudah tujuh tahun menemani majikannya. Tapi majikannya lebih dari 15 tahun sudah bertugas di sekolah ini. Si bebek jantan menceritakan ia baru lima tahun mengenal daerah ini. Si kuda kurus yang sahabat karib si bebek tangguh, tunggangan majikanku terdahulu sebelum aku, baru 2 tahun yang lalu menginjak daerah ini. Bebek berotot adalah yang paling disegani dan dihormati, karena beliau adalah tunggangan pak kepala sekolah Diam-diam aku kagum pada mereka dan majikan-majikan mereka termasuk majikanku sendiri.
Akhirnya setelah diantara kami saling bercerita, anak-anak sekolah sudah berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing. Itu artinya, diriku, si kuda besi ini harus kembali mempersiapkan diri ditunggangi oleh majikannya. Tak terasa hari sudah siang, meskipun langit tak terlihat cerah. Karena memang majikanku yang berjarak paling jauh, mereka semua mempersilahkan kami untuk terlebih dahulu melaju. Setelah 2 jam perjalanan, sore itu, kembali kami tiba di rumah. Bersama-sama kami telah berjuang melawan terjangan hujan deras yang mengguyur kami. Tubuhku dingin, basah, dan kotor. Tapi kenapa majikanku tak membersihkanku, tak memandikanku. Aku mencoba sabar dengan kedaanku saat ini.
Pagi harinya, kembali aku akan menemani majikanku. Meski hujan gerimis belum sepenuhnya reda, majikanku telah siap membawaku dengan memakai mantel jubah kebesarannya. Seandainya aku bisa berbicara dan menolak, enggan aku keluar di pagi sedingin ini. Tapi demi janjiku kepada bebek tangguh untuk menjaga majikanku ini baik-baik. Aku harus menjadi tunggangan yang setia, seperti majikanku yang setia pada profesinya.
Saat melaju kencang menerjang rintik air hujan, terasa ada yang mengganjal di badanku. Belum sempat aku berfikir, tiba-tiba saja majikanku terhempas dari punggungku. Akupun terhuyung kemudian terjatuh. Rupanya mantel jubah itu yang menjadi penyebabnya. Bagian belakang mantel jubah yang terurai itu tersangkut di rantai penggerak rodaku yang sedang melaju. Kulirik dari mata belakangku, majikanku terkapar tak berdaya. Jika memang ada hari pembalasan untuk setiap perbuatan, apakah aku akan dimintai pertanggungjawaban?, Jika memang ada, maka maafkanlah aku dan seluruh saudaraku yang telah membuat majikannya terkapar tak berdaya.
Purworejo, 27 Februari 2008, pkl 17.50 wib

Tidak ada komentar: